Ruang Untukmu

Bab 1179



Bab 1179

Ruang Untukmu

Bab 1179 Konfrontasi

Karena kehebatan Rendra, dia menjadi pusat perhatian. Kebanyakan dari mereka tidak mengenal siapa dirinya, tetapi masih tetap menunjukkan rasa hormat padanya.

Ada seorang pengawal perempuan yang selalu berada di sekitar Raisa setiap saat, menjaga keselamatannya.

Setelah beberapa acara, Raisa pamit untuk ke toilet. Pengawal itu ikut bersamanya. Sebelum sempat masuk ke toilet, dia mendengar teriakan seorang perempuan.

“Apa yang kamu lakukan? Kamu merusak gaun saya! Hari ini hari istimewa saya!”

“Maafkan saya, Nona Sonia. Saya tidak sengaja. Lantainya terlalu licin.”

“Itu bukan alasan!” Kemudian Raisa mendengar suara tamparan. “Ini akan memberimu. pelajaran.”

Raisa mengenal suara itu. Dia tidak menduga akan bertemu Sonia di sini. Dan dia tetap jahat seperti biasanya.

Raisa menyipitkan mata dan berbelok ke sudut. Dia melihat Sonia sedang menyeka air di gaunnya dengan tisu, sementara staf sedang menyeka air matanya.

Sonia baru saja hendak pergi, tetapi segera melihat Raisa. Jantungnya hampir berhenti karena terkejut, tetapi dia segera menghampiri dengan ramah. “Ah, Raisa. Apakah kamu datang bersama Rendra?”

Sonia semakin mendekat pada Raisa. Tepat ketika dia akan memeluk, Raisa mundur selangkah, dan pengawal melangkah maju untuk menghentikan Sonia. “Mundur.”

Sania menatap pengawal yang menjaga Raisa dengan kesal. “Dia teman saya!”

Raisa menatapnya dengan tatapan dingin. “Kami sama sekali bukan teman.”

“Saya tahu saya dulu menyakitimu, Raisa, saya minta maaf. Saya harap kamu dan Rendra bahagia selamanya. Saya mohon, bisakah kita melupakan masalah itu?” Raut wajahnya menyiratkan rasa bersalah.

Raisa merasa perkataan Sonia sungguh menggelikan. Dia berkata dengan masa bodoh, “Nona Sonia, kamu tidak dekat dengan Rendra. Panggil dia Pak Hernandar. Jangan lupa jaga sikapmu.”

“Em… tetapi Nyonya Hernandar berkata bahwa saya boleh memanggilnya Rendra. Sulit untuk mengubahnya.” Sonia berusaha mempererat hubungannya dengan Rendra. Sungguh sebuah kehormatan bisa berada di basis nama depan dengan wakil presiden.

“Saya tidak peduli. Ganti saja,” ucap Raisa tegas.

Sonia sedikit ketakutan. Dia berkata dengan malu–malu, “Baiklah. Saya akan mengubahnya.”

Perempuan yang sesaat lalu ditampar baru saja hendak pergi. Dia merasa ini tidak adil, tetapi tidak berhak untuk bicara. Raisa kemudian berkata lembut, “Nona, tunggu sebentar.”

1/2

Pelayan itu menatap heran Raisa. Dia tidak mengenal siapa perempuan ini, tetapi melihatnya menceramahi Sonia telah menyuarakan dengan jelas statusnya, ditambah pula aura keanggunan yang terpancar darinya. “Ada apa, Nona?”

“Dia belum minta maaf. Kamu patut mendengarnya,” ucap Raisa. Kemudian Raisa menatap Sonia. “Minta maaf kepadanya.”

“Kenapa saya harus minta maaf? Dia membuat gaun saya basah. Yang saya lakukan hanya memberinya pelajaran. Lalu kenapa?” Ck. Urusi saja dirimu, brengsek.

Raisa memperhatikan gaunnya. Hanya ditumpahi beberapa tetes air. Bahkan tidak terlihat sama sekali. Dia kemudian berkata dengan acuh tak acuh, “Kamu menamparnya hanya karena beberapa tetes air membasahi gaunmu? Itu berlebihan.”

“Raisa, mungkin kamu adalah istri wapres, tetapi bukan berarti kamu bisa memerintah saya,” ucap Sonia dengan arogan. Jelas sekali dia merasa Raisa hanyalah gadis desa yang tidak pantas untuk Rendra.

Pengawal memperingati, “Jaga bicaramu, Nona.”

Pelayan itu tersentak. Dia istri wapres? Astaga, muda sekali! Saya tidak percaya seorang istri wapres seperti dia membela saya!

“Minta maaflah, atau saya akan membatalkan pertunjukkanmu.” Raisa menaikkan alisnya. Rasa percaya diri berkobar di kedua matanya.Belongs to (N)ôvel/Drama.Org.


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.