Bab 1139
Bab 1139
Bab 1139 Menikmati Musim Perayaan Bersama–sama
Tetap saja, Rendra enggan melepaskannya begitu saja, jadi dia menundukkan wajahnya dan memagut bibir lezatnya sebelum akhirnya bangkit.
“Oke. Tidurlah sekarang.” Ucap Rendra dengan nada tertahan. Itu adalah tanda kalau dia tengah menahan diri.
“Bagaimana denganmu?” Raisa menatapnya lega namun juga sedikit kecewa. Apa dia akan pergi begitu saja?
“Saya masih ada pekerjaan yang harus dilakukan. Kamu harus istirahat sekarang. Dokter akan datang nanti untuk memeriksamu.”
Raisa langsung menggelengkan kepalanya saat mendengar hal itu. “Tidak, terima kasih.”
“Kamu sudah dewasa sekarang. Apa kamu masih takut pada dokter?” tanya Rendra dengan nada geli.
“Iya. Saya takut pada jarum suntik dan takut saat darah saya diambil. Saya tidak ingin bertemu dokter,” ungkap Raisa seraya bersembunyi di bawah selimut.
Rendra merapikan pinggir selimut itu dan menjawab, “Oke. Kita lihat kondisimu saat kamu bangun nanti. Jika kamu merasa baik–baik saja, maka saya tidak akan meminta dokter itu untuk datang.”
“Oke.” Ucap Raisa mengangguk.
Begitu Rendra pergi, Raisa membenamkan tubuhnya di bawah selimut. Ranjang itu memiliki aroma yang sama dengan dirinya dan dia segera tertidur.
Setengah jam kemudian, Emir membawa beberapa pasang pakaian. Semua pakaian itu untuk Raisa dan meliputi semua jenis pakaian yang mungkin dibutuhkannya dari merek ternama di toko.
Pelayan rumah tangga merapikan pakaian itu di dalam lemari untuk Raisa. Mereka
melakukannya dengan sangat hati–hati karena sudah lama menebak kalau gadis itu akan menjadi calon Nyonya Hernandar.
Saat ini adalah musim perayaan menjelang hari natal, dan saat senja muncul, kota itu kembali hidup dengan semangat kegembiraan dan perayaan. Bahkan ada beberapa kembang api dari kejauhan.
Di Kediaman Keluarga Hernandar
Hardi tengah menunggu Rendra pulang untuk makan malam, namun saat Sherin
memberitahunya kalau Rendra terlalu sibuk dengan pekerjaannya untuk bisa pulang dan malam malam di rumah, dia mulai mengeluh tidak senang.
“Bagaimana mungkin dia sesibuk ini menjelang musim natal? Tidak bisakah dia meluangkan waktunya untuk makan?” ucap Hardi dengan tidak senang.
Namun, Sherin tidak bisa menyembunyikan kebahagiaan di matanya. Biasanya, dia akan ikut mengeluh bersama suaminya, namun dia mendapat panggilan telepon dari Starla dua jam yang lalu dan mendengar kalau Raisa sudah tinggal bersama Rendra. Jadi, dia merasa senang saat mendengar kalau Rendra akan menghabiskan waktu bersama orang yang dicintainya tahun ini.
“Tetap saja, pemilihan umum akan segera tiba. Jika Rendra bekerja keras sekarang, dia akan memiliki kesempatan yang lebih besar untuk menang saat waktunya tiba.” Hardi menampilkan tatapan mengantisipasi di matanya. Pemilihan umum juga menjadi prioritas baginya.
“Saya pikir kita tidak boleh terlalu menekan Rendra. Dia masih sangat muda. Memang bagus. kalau dia terpilih untuk melanjutkan pengabdiannya, namun bahkan meski dia tidak menang, hal itu tidak akan menghentikannya untuk menjangkau bidang apapun yang dipilihnya,” ucap
Sherin.
Namun, Hardi tetap bersikeras, “Saya yakin kalau Rendra akan menang. Dia tidak pernah mengecewakan kita.”
Sherin memutuskan untuk tidak melanjutkan topik itu bersama Hardi. Dia tengah menunggu pemilihan umum itu selesai agar dia akhirnya bisa memiliki seorang menantu perempuan, dan semoga dengan beberapa orang cucu juga!
Sekitar jam setengah tujuh malam, Raisa terbangun saat mendengar suara seseorang yang menyalakan kembang api tak jauh dari tempat itu. Dia duduk di atas ranjang dan menikmati pemandangan saat kembang api itu meledak di lantai.
Lalu, dia turun dari ranjang dan kembali ke kamar tamu yang cukup dikenalnya sebelum mencuci wajahnya di sana. Saat dia turun ke bawah, para pelayan sudah menyiapkan sebuah makan malam romantis. Selain dari lilin–lilin yang ada di sana, juga ada bunga–bunga segar dan
sampanye.
“Anda sudah bangun, Nona Raisa. Makan malamnya sudah siap.”
“Apa dia sudah pergi?” tanya Raisa secara langsung.
“Tidak. Tuan masih ada di ruang kerjanya sekarang.”
Raisa merasa bersalah padanya. Dia sudah tertidur lama namun pria itu masih saja sibuk bekerja. Merasa bersalah karena hanya dirinya yang bisa tidur tadi, dia kembali naik ke atas untuk pergi ke ruang kerja di lantai dua.
Saat dia mengetuk pintu, dia mendengar pria itu berkata, “Masuk.”
Dia membuka pintu dan melongokkan kepalanya. “Apa kamu sudah selesai bekerja? Sudah waktunya makan malam.” Copyright by Nôv/elDrama.Org.
Rendra meletakkan penanya dan mendorong kursinya ke belakang. Dia meluruskan kakinya dan melebarkan tangannya.
“Kemarilah.” Suara rendahnya terdengar penuh akan kasih sayang.
Raisa membuka pintu itu lebih lebar dan masuk sebelum menutupnya lagi. Dia seperti kelinci kecil polos yang tengah memasuki sarang serigala.
Rendra sudah banyak menerima tekanan akhir–akhir ini dan bekerja cukup melelahkan baginya, namun saat dia menatap gadis itu sekarang, dia merasa dirinya seperti kembali muda lagi dan bisa terus bekerja tanpa lelah.