Bab 1369
Bab 1369
Bab 1369 Biar aku yang traktir saja
Kedelapan kepala keluarga lainnya juga langsung sadar diri dan satu per satu dari mereka langsung bangkit berdiri dan merelakan tempat duduk mereka untuk Sarah.
Kalau biasanya, bagi mereka Sarah hanyalah seorang aktris biasa dan mereka bisa menanganinya dengan sesuka mereka.
Namun Sarah bersama dengan Reva semalam dan katanya dia juga tidur di kamar dengannya sepanjang malam sehingga ini menjadi berbeda ceritanya.
yang sama
Tidak peduli hubungan apa yang ada di antara Sarah dengan Reva, meskipun itu hanya setitik. perasaan cinta saja pun, mereka tetap tidak akan bisa meremehkan Sarah.
Karena sekarang Reva sudah dikenal sebagai master di provinsi Yama ini dan seorang wanita yang bisa berada disisinya tentu saja akan langsung dihormati oleh semua orang!
Saat mendengar semua orang yang memanggilnya dengan sebutan itu membuat Sarah tersipu dan mau tak mau teringat lagi dengan kejadian semalam.
Dia menundukkan kepalanya, “Re… Reva, keluarlah sebentar, aku mau berbicara denganmu.”
Reva mengernyitkan keningnya sedikit. Dia benar–benar tidak ada hubungan apa–apa dengan. gadis ini dan tidak ingin terlibat terlalu banyak hal dengannya.
“Ada apa? Memangnya tidak bisa dikatakan di sini?”
Tanya Reva.
Wajah Sarah memerah, “Keluarlah sebentar, aku tidak akan menunda waktumu terlalu banyak.”
Reva menggelengkan kepalanya dengan tak berdaya lalu dia bangkit berdiri dan berjalan ke luar pintu.
“Ada masalah apa sebenarnya?”
Reva menjadi agak tidak sabar dan masih merasa agak kesal karena dimaki oleh Eliza tadi.
Sarah tampak canggung lalu berkata dengan suara kecil. “Uhm… kalau… kalau kau tidak ada urusan apa–apa di sini, bagaimana… bagaimana kalau kau pulang dulu saja?”
Reva mengernyitkan keningnya. “Pulang?” This is property © NôvelDrama.Org.
“Apa maksudmu?”
Dengan canggung dan malu Sarah menceritakan tentang apa yang telah Eliza lakukan lalu dia berkata dengan suara kecil, “Reva, aku… aku percaya kau adalah orang yang baik.”
“Tetapi, bos… bos kami sifatnya sangat meledak – ledak.”
“Sebentar lagi dia pasti akan datang ke sini, dan aku yakin dia pasti…. pasti tidak akan duduk diam saja.”
“Kau pulang dulu saja dan berusaha untuk tidak bertemu dengannya.”
“Nanti setelah lewat dua hari dan marahnya mereda, aku… aku akan mengatakan yang sebenarnya kepadanya. Aku… aku pasti tidak akan membuatmu repot, bagaimana?”
Saat mengatakan kalimat terakhir itu, suara Sarah terdengar agak memohon.
Reva menatap Sarah dan kerutan di keningnya pun berangsur–angsur mengendur.
Pada dasarnya dia masih merasa simpati kepada gadis ini.
Berkecimpung di dunia hiburan seperti itu pasti sangat sulit bagi gadis mana saja untuk tetap mempertahankan kesuciannya.
Meskipun Sarah bisa menjaga kesuciannya namun tetap saja dia hanyalah seorang wanita lemah. yang tidak punya latar belakang ataupun dukungan sehingga sangat sulit baginya untuk bisa tetap bertahan dalam kubangan seperti itu.
Kalau dia mengatakan hal yang sebenarnya kepada perusahaan maka riwayatnya pasti akan
tamat.
Oleh karena itu dia hanya bisa membocorkan masalah ini kepada Reva dulu agar situasinya tidak menjadi semakin buruk.
Meskipun cara dia menangani masalah ini tidak terlalu baik namun setidaknya Reva bisa melihat ketulusan dan kebaikannya.
Sebenarnya Sarah sendiri juga tidak begitu memahami situasi dirinya.
Dia tidak tahu seberapa hebat kemampuan Reva dan dia juga tidak tahu apa arti dari sepuluh keluarga terpandang di provinsi Yama.
Dia sudah berada di bawah kendali perusahaannya untuk waktu yang cukup lama sehingga dia benar– benar merasa bahwa bos perusahaannya itu sangat hebat dan luar biasa sehingga dia sangat khawatir dengan situasi Reva.
Dan seperti yang diketahui semua orang, siapapun yang berada di ruangan itu bisa menghancurkan bos Morgan yang dikatakan oleh Sarah itu dengan sangat mudah!
Bagaimana mungkin seorang pemilik perusahaan TV dan Film bisa dibandingkan dengan keluarga terpandang yang menempati peringkat sepuluh besar di sebuah provinsi?
Setelah Sarah selesai mengatakan itu lalu dia menundukkan kepalanya dan meremas ujung bajunya dengan kuat. Dia sama sekali tidak berani menatap Reva seolah–olah dia adalah anak kecil yang baru saja melakukan kesalahan.
Reva menatapnya sebentar lalu tiba–tiba berkata, “Kau belum makan, kan?”
Sarah tertegun, kenapa Reva tiba–tiba menanyakan pertanyaan seperti itu?”
Pada saat ini, Reva langsung membalikkan badannya dan berkata, “Ayo masuk ke dalam ruangan.”
Sarah menatapnya dengan bingung, “Untuk apa masuk ke dalam?”
Reva: “Aku mau mentraktirmu makan.”
“Dan mari, biar aku perkenalkan kau dengan beberapa temanku juga.”
Sarah tercengang. Situasinya sudah sampai seperti ini tetapi Reva tidak hanya tidak pergi namun dia malah berkata hendak mentraktirnya untuk makan malam? Apa dia sudah gila?
Reva menoleh dan menatapnya lalu sambil tersenyum tipis dia berkata, “Bukannya semalam sudah diberitahu? Nantinya kami akan memperkenalkanmu dengan seorang manajer lagi!”