Bab 644
Bab 644
Harvey menatap Ellia dengan tatapan heran. “Aku pikir Ibu nggak peduli dengan kami, tapi aku nggak
menyangka Ibu mendapatkan kabar tentang kami,” kata Harvey.
Ellia mendongak sedikit untuk bisa melihat Harvey. Begitu selesai mendengar perkataan Harvey, dia
merasa tersentuh.
“Menurutku, kamu masih bocah mungil yang membuntutiku. Nggak kusangka kamu sudah besar dalam
sekejap mata.”
Ellia mengangkat tangannya dan ingin menyentuh wajah Harvey.
Namun, jemarinya berhenti sebelum bisa menyentuh Harvey.
Perasaannya terhadap Harvey sangat kompleks. Sejak awal dia mengharapkan kelahiran anak ini
dengan harapan pria tersebut berubah pikiran.
Namun, hasil yang dia dapatkan adalah pria itu begitu dingin hingga tak melirik ke arahnya sedikit pun.
Hal itulah yang membuat Ellia membenci Harvey.
Ellia tak bisa memberikan kasih sayang seorang ibu pada Harvey sepanjang hari. Dia bahkan terasa
asing berdiri di hadapan Harvey.
Ellia menarik tangannya dengan ekspresi kecewa. “Kamu dan adikmu pasti menyalahkanku. Aku nggak This belongs to NôvelDrama.Org: ©.
pernah mencintai kaliah berdua.”
“Apa artinya Ibu mengatakan hal seperti itu pada kami? Pada akhirnya, dia nggak kembali, tetapi Ibu tetap melanjutkan garis keturunan darinya dan menjadi bahan lelucon di kalangannya
Ketika Harvey mengatakan hal tersebut, tatapan matanya tertuju pada mata Ellia. Kalau Ellia dari masal
lalu mendengar perkataan ini, dia pasti sudah gila sejak lama. Namun, hari ini ekspresi Ellia hari ini
cukup tenang.
Kalau Ellia benar–benar sudah berubah menjadi lebih baik, dia tidak marah ketika membahas tentang
orang yang paling dia benci.
*Semakin pintar seseorang, semakin bijak dirinya dalam hidup. Nggak ada gunanya menyia–nyiakan
paruh waktu hidupku karena orang seperti itu. Selama dua tahun terakhir, aku diam–diam
memperhatikanmu. Itu sebabnya aku mengetahui keadaan Lanny. Ketika memikirkan apa saja yang sudah kulakukan padanya dulu, dia pasti sangat membenci ibunya ini. Bahkan meski aku masih hidup.
dian dia nggak akan pernah datang untuk mencariku.”
Harvey tak menyangka akan mendengar pengakuan Ellia di sepanjang hidupnya.
“Kali Ini Ibu memanggilku untuk menjodohkan aku dengan Gita?” tanya Harvey tanpa basa–basi.
Ellia tersenyum tipis dan bertanya, “Bagaimana menurutmu?”
“Kalau Ibu mengetahui keberadaan Lanny, Ibu harusnya paham bagaimana perasaanku pada Seli. Kalau Ibu ingin memisahkan kami, aku nggak akan membiarkan Ibu melukainya meski aku sampai harus menganggap kau bukan ibuku.”
Ellia menggelengkan kepalanya tanpa daya. “Kamu benar–benar seperti pria itu. Bahkan kamu sama- sama suka emosional seperti dirinya. Jangan khawatir. Aku nggak pernah bersama dengan orang yang kucintai seumur hidupku, bagaimana bisa aku menghancurkan perasaanmu?”
Ellia sungguh berbeda dari ibu gila yang ada di dalam pikiran Harvey. Harvey pun bertanya, “Jadi, sebenarnya apa maksud Ibu?”
“Aku…”
…
Ellia menjilat bibirnya dan menjelaskan dengan pasrah, “Kalau aku bilang sejak awal aku mengaku salah dan ingin minta maaf padamu, apa kamu percaya?”
Di dalam hati, Harvey merasa terkejut. “Ibu
“Aku takut kondisiku yang nggak stabil dan melakukan hal yang sama padamu seperti apa yang pernah kulakukan padamu saat masih kecil. Jadi, aku memaksakan diri untuk nggak menemuimu. Hingga hari ini, aku bisa memastikan bahwa aku sudah sembuh dengan baik. Aku ingin bertemu denganmu dan melihat anak imut dari menantuku.”
Ketika mendengar kata “anak imut” langsung membuat mata Harvey memerah.
Ellia berdiri dengan bingung. Dia tidak berani meski ingin memeluk Harvey.
“Ibu adalah orang yang jahat karena menyalahkanmu dan adikmu atas kebencianku pada ayah kalian hingga membuat rumah tangaa ini menjadi seperti ini. Selama bertahun–tahun, aku sering merasa bingung dan gila. Hanya kadang kala aku sadar dan setiap hal itu terjadi, aku merindukanmu dan
adikmu.”
“Kalau begitu, apa maksud dari Gita?”
“Aku terlalu bosan dan ingin menghabiskan waktu saja.”