Antara Dendam dan Penyesalan

Bab 609



Bab 609

*Saya sudah memeriksa postingan berisi provokasi itu dan menemukan kalau alamat IP pemosting berada di tempat yang berbeda–beda dan tersebar di seluruh dunia, tapi semua postingannya diunggah dalam waktu yang bersamaan, sepertinya mereka adalah peretas profesional,” ucap Chandra.

Harvey yang mendengarnya pun merespon. “Berhasil membuat kekacauan sebesar ini hanya dalam waktu yang singkat, mereka jelas bukan orang biasa.”

Ekspresi Chandra menegang setelah mendengar perkataan Harvey. “Tuan, apa Anda berpikir kalau penipu itu adalah dalang dari pembunuhan ini?” tanyanya.

“Iya, dia pasti menghabiskan uang miliaran untuk membayar kelompok gangster X dan memerintahkan peretas profesional untuk bergerak secara online tepat setelah kejadian. Selain kekuasaan dan uang. orang itu juga pasti mempunyai niat jahat dan akan menghalalkan segala cara untuk mewujudkannya.” Harvey berkata sambil mengernyitkan keningnya. Dia sudah menyelidiki kasus ini cukup lama, tetapi masih belum mendapatkan hasil.

Orang itu sangat berhati–hati dalam melakukan kejahatannya seolah sudah merencanakan berbagai opsi untuk melarikan diri. Bahkan jika ada bukti, itu hanyalah berupa mayat yang tidak dapat dikenali

identitasnya.

“Siapa sebenarnya orang itu? Dia jelas–jelas ingin membunuh Seli!” ucap Harvey geram.

“Saya khawatir mereka sudah merencanakan sesuatu. Sepertinya kita harus menyelesaikan masalah ini C0pyright © 2024 Nôv)(elDrama.Org.

secepat mungkin, tuan.”

Chandra kemudian melanjutkan perkataannya sambil menghela napas. “Meskipun saat ini kita belum menemukan cara untuk membuktikan kalau Alex bukan pembunuhnya, tapi tetap saja, dia muncul di lokasi kejadian dan memiliki motif untuk melakukan pembunuhan itu. Polisi jelas tidak mungkin langsung melepaskannya. Di sisi lain, Zane malah bersembunyi. Kita tidak bisa melakukan apapun, ini

adalah jalan buntu,” ucap Chandra.

“Belum tentu. Mengigat kejadian ini bermula dari Zane, maka kita masih bisa mencari tahu siapa sebenarnya orang yang membayarnya,” jawab Harvey.

“Tapi tuan, meskipun kita bisa menemukannya, apakah orang itu juga mau mengakui perbuatannya?”

tanya Chandra sangsi.

Harvey pun menjawab, “Tidak juga. Tapi setidaknya kita mempunyai hak untuk membela diri. Selain itu,

dia juga mungkin menyimpan buktinya.”

Chandra yang mendengarnya pun seolah tercerahkan. “Saya mengerti. Kita bisa segera memulai

penyelidikan. Saya dengar belakangan ini Zane berkencan dengan beberapa pria. Kita bisa mengorek informasi dari istri pria–pria itu,” ucap Chandra.

Harvey pun mengiyankannya.

Dia kemudian mengerut keningnya lelah. Musuh Selena ternyata jauh lebih kuat dari dugaannya. Sepertinya rencananya untuk pergi ke luar negeri harus dilakukan secara diam–diam.

Namun, Chandra yang baru saja menerima telepon dari seseorang segera mendatangi Harvey dengan

panik,

“Tuan, ada kabar buruk. Terjadi masalah di jaringan pusat perbelanjaan kita,” ucapnya.

Harvey yang baru saja hendak beristirahat pun kembali membuka matanya dan menjawab. “Jelaskan.”

“Fans fanatik Denisa baru saha membuat keributan di properti milik Grup Irwin, silakan lihat,” ucap

Chandra.

Terlihat ada beberapa orang yang melempar cat ke papan nama, membuang sampah tepat di pintu masuk, dan merusak toko. Dalam waktu satu jam saja, sudah ada lebih dari dua belas kasus serupa

yang terjadi.

Beberapa memegang spanduk dan meminta Harvey untuk membawa Selena agar meminta maaf pada korban dan membayarnya dengan nyawanya. Banyak juga komentar–komentar jahat di internet yang

ditujukan untuk Grup Irvin dan Selena.

“Bagaimana bisa seorang artis muda yang tidak terkenal memiliki penggemar sebanyak itu? Ini jelas. adalah serangan kedua, orang itu pasti tahu siapa Denisa dan mencoba mengambil keuntungan sebanyak mungkin sebelum kita bisa menemukan bukti dengan menyerang Grup Irwin.”

“Kita pasti rugi besar kalau hal ini tidak segera diatasi dan terus berlanjut! Akan ada semakin banyak.

orang yang mencari kesempatan untuk menghancurkan grup Irwin.”

Harvey berseru sambil bangkit berdiri dan menggebrak meja dengan wajah dingin. “Aku ingin melihat

sejauh mana perbuatan mereka. Kita harus tetap tenang dalam situasi seperti ini. Jika memungkinkan,

laporkan pada polisi. Tim legal tidak perlu mengajukan tuntutan apa pun!”

Asalkan bisa mendapatkan bukti, Harvey pasti akan melakukan serangan balik dan memastikan

musuhnya untuk merugi berkali–kali lipat lebih banyak.

Oleh karena itu, Harvey sama sekali tidak panik. Dia hanya perlu memutar kartunya dan melihat siapa

sebenarnya orang yang berada di balik semua ini. Setelahnya, semua masalah akan selesal dan dia bisa pergi ke luar negeri dengan tenang.

“Tentu saja, hal yang paling penting untuk saat ini adalah memberi tahu flenita untuk selalu menjaga Seli dan tidak membiarkannya pergi keluar rumah, Asal Sell tidak muncul ke publik, aku pasti bisa menyelesaikan semua ini” ucap Harvey menjelaskan rencananya,

“Baik, tuan,” jawab Chandra

Dia kemudian menelepon pengawal yang berjaga, tetapi wajahnya tiba–tiba berubah drastis. “Tuan, nyonya baru saja pergi ke mal bersama Benita.”

Gawat Selena tidak mempunyai ponsel, dia pasti tidak tahu keadaan di luar saat ini.

Bukankah cari mati kalau dia keluar saat ini?

“Tanyakan mereka pergi ke mal mana, aku akan segera ke sana,” ucap Harvey memerintah.

Dia kemudian mengambil jaketnya dan pergi dengan tergesa–gesa. Namun, ketika pintu dibuka, beberapa polist sudah berdiri di luar menunggunya. “Tuan Harvey, saya Prabu dari tim Investigasi kriminal. Saat ini kami mencurigai Anda terkait dengan sebuah kasus pembunuhan, tolong ikut kami untuk bekerja sama dalam penyelidikan,” ucap salah seorang polisi.


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.