Antara Dendam dan Penyesalan

Bab 594



Bab 594

Suasananya seketika menjadi agak canggung. Wina menarik napas dalam–dalam dan mengambil

Inisiatif untuk berbicara, “Padahal, kamu dulu bilang mau menikahlku, slapa sangka kamu ternyata

malah menikah sama orang lain? Oh iya, kapan kallan menikah? Kenapa aku nggak dikasihtahu?”

Kalimat ini sangat mematikan, Selena menoleh ke Harvey untuk meminta penjelasan.

Seperti diselimuti oleh lapisan es, tatapan Harvey berubah menjadi dingin saat menatap Wina. “Aku

sama kamu itu nggak ada hubungan apa–apa, jadi buat apa aku kasih tahu kamu? Terus, soal

omonganku yang katanya aku bakal nikah sama kamu, itu cuma karena kita main rumah–rumahan

waktu kecil, ‘kan? Kamu yang maksa aku dan kalau aku nolak, kamu bakal ngadu ke orang tuamu, “kan?”

Dua kalimat tersebut berhasil merendahkan martabat Wina. Dia sama sekali tidak menyangka, setelah

bertahun–tahun mereka tidak bertemu, Harvey sudah berubah menjadi sosok yang sangat tidak

berperasaan.

Mengingat Sissy yang mengatakan bahwa Harvey juga menyukainya, perasaannya sedikit membaik.

Sepertinya Harvey memperlakukan semua orang seperti ini, kalau tidak, dia tidak akan merahasiakan

identitas Selena selama ini.

“Maaf, ya, aku kira Kak Harvey juga senang main rumah–rumahan sama aku. Aku sudah suka sama

Kakak dari kecil, jadinya aku nggak nyangka kalau main sama aku malah bikin banyak kenangan yang

nggak enak kayak gini.*

Dengan wajah penuh penyesalan yang dibuat–buat, dia menoleh ke arah Selena dan berkata, “Maafin

aku, ya, Kak Selena. Aku udah suka sama Kak Harvey dari lama, Kakak nggak keberatan, ‘kan? Lagian,

Kak Harvey nggak pernah umumin pernikahan kalian, Jadi kukira dia masih lajang.”

Selena sering melihat cerita lucu tentang “laba–laba hijau” di internet. Dia kira itu hanya lelucon buatan.

bagaimana mungkin ada orang yang selicik dan semanipulatif itu di dunia nyata?

Kenyataan hidup telah memberinya pelajaran, hari ini dia bertemu dengan “laba–laba hijau‘ hidup yang

tingkahnya lebih menjijikkan daripada lalat.

Sudah tahu penampilannya buruk, masih saja menjelek–jelekkan orang lain

Selena tidak marah, dia malah balik menggenggam tangan Harvey dan menggoyangkan lengan pria itu,

menirukan suara manja Wina, “Kak Harvey, dia suka banget sama kamu. Padahal selama ini kamu

lajang, kenapa nggak langsung nikahin aku aja? Aku jadi ngejar–ngejar kamu terus, ‘kan.”

Harvey mengusap hidung Selena dengan lembut, “Orang yang suka sama aku banyak, kalau semuanya mau nikahin aku, kapan giliran kamu?“,

Dia terlihat begitu lembut dan penuh kasih kepada Selena, tetapi ketika dia memalingkan kepalanya untuk melihat Wina, wajahnya seketika berubah dingin.

“Nona Wina, meskipun Selena lulus duluan, Itu karena dia sangat pintar. Sebenarnya, dia lebih muda beberapa tahun dari kamu, harusny. Laglan, waktu itu kamu yang maksa aku buat main rumah- rumahan, harusnya kamu nggak usah nyari aku buat tanggung jawab, ‘kan?”

Harvey mengusap lembut punggung tangan Selena, sambil berkata, “Waktu kamu maksa aku buat main rumah–rumahan sama keluargamu pas masih kecil, sebenarnya aku pernah mikir buat bunuh keluarga kamu. Nah, secara logika, bukannya aku seharusnya wujudin keinginanku dulu sebelum aku nikah sama

kamu?”

Begitu Harvey mengatakan hal itu, sekelilingnya menjadi sunyi.

Benarkah kata–kata ini keluar dari mulut Harvey? Text © by N0ve/lDrama.Org.

Kata–katanya benar–benar mematikan, sanggup membuat seorang wanita menangis.

Seperti halnya Wina saat ini, sebuah air mata yang jernih tergenang di pelupuk matanya sebelum

akhirnya terjatuh.

Wina menangis tersedu–sedu, membuat Selena merasa curiga apakah wanita itu pernah mengambil kelas akting sebelumnya.

“Kak Harvey, kenapa kamu bisa mikir kayak gitu?”

“Wina, kita semua sudah dewasa, nggak usah pura–pura nggak ngerti. Aku sudah bilang kalau dia istriku, tapi kenapa kamu masih ngomong hal–hal yang bikin orang salah paham? Hatiku memang sempit, cuma bisa nampung satu orang doang, jadi nggak mungkin nampung orang yang nggak penting. Mendingan kedepannya kita nggak usah ketemu lagi.

Harvey berjalan ke depan reporter dan mengambil gulungan filmnya. “Kalau kamu muncull di depan Selena lagi, aku nggak bakal ragu buat sebarin foto jelekmu tadi ke seluruh negeri.”


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.