Bab 241
Bab 241 Anehnya, Harvey tidak marah dan malah membuang puntung rokok dari jemarinya.
Selena tidak menghentikan begitu Harvey berjalan ke arahnya, lalu Harvey berkata dengan suara samar, “Selena, lebih baik kamu nggak bohong padaku.”
Harvey terus menatap punggung Selena dan mengira Selena akan berbalik. Namun, Selena bahkan tak menoleh ke arahnya.
Angin bertiup kencang, menghilangkan sisa percikan api terakhir pada puntung rokok. Sosok Selena pun menghilang dari atap.
Harvey menatap langit berbintang di atas kepalanya dengan lapisan awan menutupinya. Dia hanya bisa melihat satu hingga dua bintang yang samar—samar. Sebenarnya apa tujuan tersembunyi Selena?
Harvey memikirkan perkataan Selena saat itu. Kalau Lanny tidak dibunuh oleh
Arya, lalu siapa?
“Tuan Harvey, Nyonya sudah pergi sejak beberapa waktu yang lalu.” Chandra seolah- olah berdiri di kegelapan dari bayangan Harvey.
Harvey menghela napas panjang dan merespons, “Chandra, aku ingin kamu mengecek sekali lagi tentang masalah Lanny.”
“Apa ini demi Nyonya?” Chandra tidak mengerti karena masalah ini jelas—jelas
sudah diputuskan dengan jelas, apalagi kasus ini adalah area terlarang dan terbesar di hati Harvey. Apalagi menyentuhnya. Chandra bahkan tidak bisa membicarakan
kasus ini dalam kehidupan sehari-hari.
Melakukan pemeriksaan ulang sama dengan merobek luka yang belum sembuh, yang mungkin bisa lebih menyakitkan beberapa kali lipat dari sebelumnya.
“Saat kejadian itu terjadi tiba—tiba, seolah—olah buktinya sangat meyakinkan, tetapi keputusan itu dibuat saat aku marah. Selama dua tahun setelahnya, aku tenggelam dalam kesedihan karena kehilangan Lanny, dan menyalahkan kematian Lanny pada Selena. KalauText content © NôvelDrama.Org.
Tangan Harvey gemetar sesaat, lalu melanjutkan, “Kalau pelakunya sungguh bukan Arya, bagaimana aku akan menghadapinya?”
Ada banyak hal yang tidak dapat dipertimbangkan dengan cermat karena kasus ini sangat sensitif bagi Harvey. Semua orang bahkan menghindarinya secara otomatis.
“Tuan Harvey, semua yang terjadi saat itu ada buktinya. Tuan jangan berpikir sembrono.” Harvey menatap Chandra dan bertanya, “Di matamu, seperti apa Arya itu?”
“Kalau mengesampingkan kasus ini, dia dulunya adalah orang yang lembut dan elegan, serta santai dan murah hati. Dia adalah seorang ayah yang baik dan juga orang yang sangat menarik di dalam kehidupan. Kalau aku tidak mengecek kasus-
kasus ini, aku mungkin berpikir dia adalah orang yang baik.”
“Ya, tanpa kasus itu, segalanya nggak akan berubah.”
Chandra menyadari ada yang tidak beres dengan ekspresi Harvey, lalu dia berkata, ”
Tuan Harvey, maksud Tuan
“Sejak penemuan mayat hingga mengetahui kebenarannya, total berapa lama waktu yang kita habiskan?” “Kurang lebih satu minggu.”
Harvey menyalakan sebatang rokok lagi dan berkata, “Kalau kamu ingat-ingat lebih.
detail lagi, bukankah ini terlalu mulus? Seolah—olah ada seseorang yang sengaja
melempar benang dan kita menemukan semua jawabannya di sepanjang garis
benang tersebut.”
Chandra menggeleng dan berkata, “Tapi para korban memang sudah gila, lalu bunuh diri dengan melompat dari gedung juga beneran. Tuan Harvey, aku mengerti kalau Tuan merasa kasihan pada Nyonya, tapi Tuan tidak bisa menghapus kebenaran.” Harvey mendongak dan menatap Chandra, lalu tanya, “Jadi, maksudmu?”
“Aku tidak setuju kalau melakukan pemeriksaan ulang. Saat itu Tuan Harvey sudah
sangat terpukul. Selama dua tahun ini, Nyonya tidak tahu apa yang sudah Tuan lalui. Menghidupkan kembali cerita lama akan membuka luka Tuan sekali lagi. Aku
ov khawatir penyakit Tuan semakin parah.”
Chandra menambahkan, “Mari kita mundur sejenak. Kalau bukan karena Arya, apakah benar ada dalang di balik ini? Butuh berapa lama orang itu merencanakan semua ini? Apakah dia cewek atau cowok? Apa tujuannya? Kalau tujuannya untuk memisahkan Tuan dengan Nyonya, tujuannya sudah terjadi, tapi akhir—akhir ini kehidupan Tuan Harvey tidak banyak yang berubah, dan nggak ada penambahan
orang juga.” Harvey mengusap pelipisnya dan menghembuskan asap rokok karena frustasi.
Chandra menepuk pundak Harvey dan berkata, “Kamu perlu tidur yang nyenyak. Selama beberapa tahun ini kamu sudah sangat kelelahan.”
“Baiklah. Kasus ini dibiarkan sampai sini saja. Pulanglah,” kata Harvey sambil mematikan puntung rokoknya, lalu meninggalkan lantai atap dengan lesu.
Apa yang dikatakan Chandra benar. Bukti untuk setiap tahapannya sangat meyakinkan. Apa yang salah? Kenapa buang—buang waktu untuk mengeceknya ulang?
Kalau Selena ingin mengeceknya, biarkan saja sampai dia puas.